Awalnya aku berencanya untuk mengajak Haddy, temanku yang seorang fotografer buat ngambilin foto acaranya ‘cos aku masih awam dan ga begitu ngerti dengan kamera. Tapi saat detik-detik terakhir ternyata haddy ga bisa ikut, katanya dia ada kerjaan. Hhm... sedikit kecewa sih tapi ga papa lah, untungnya Dicky akhirnya mau nemenin aku. Dengan bermodal kamera kodak pinjaman dari kantor akhirnya aku beranikan diri berangkat ke DOME UMM.
Aku sampai di DOME UMM sekitar jam empat sore dan mampir ke masjid UMM dulu buat shalat Ashar. Saat itu gerimis mulai turun dan udara dingin mulai terasa, suasananya mengingatkanku pada moment dua tahun yang lalu saat ada acara streetball. Suatu sore untuk pertama kalinya aku bertemu langsung dengan Hai Crew, Mas Mate. Setalah menunggu beberapa menit akhirnya aku bertemu dengan Angga, sang ketua panitia untuk interview. Walaupun posturnya agak pendek tapi cowok berambut keriting ini tegas. Hal ini terlihat saat dia menjawab beberapa pertanyaan yang aku ajukan. Gila ya, anak belasan tahun yang ada dihadapanku ini punya tanggung jawab besar dalam pensi ini. Salut, saat aku seusianya ngapain aja ya ? khe...he...he...
Karena Dicky masih belum datang akhirnya setelah makan nasi goreng yang sumpah enak banget, aku masuk duluan ke DOME. Saat aku masuk, penonton masih sepi dan di panggung lagi perform Neo breakers dari ekskul SMA 5. Penampilan selanjutnya masih di dominasi anak-anak SMA 5. Pensi tahun ini atau yang dikenal dengan nama Cresta 14 (cipta kreasi dan kreasi ke-14) mengangkat tema Spark of masquearade. Hhm... pesta topeng, temanya unik juga menggabungkan musik SKA dengan pesta topeng pasti acaranya seru. Beberapa cewek yang dateng menggunakan topeng yang unik-unik.
Lama kelamaaan aku pun mulai bt nonton sendirian, aku mencoba keluar DOME untuk nunggu Dicky. Tak disangka tak diduga saat aku keluar, aku ketemu Ary ma ceweknya lagi ngantri mau masuk. Jiiiaahh... kirain ga bakalan ketemu, abis nulis di wall Fbnya ga dibales, di hubungin ke HP ga pernah bisa ternyata bisa ketemu juga. Setelah tuker-tukeran nomer HP kami pun berpisah dulu. Ary dan ceweknya masuk ke DOME sedangkan aku jalan kedepan mau nyusul Dicky.Dicky datang sekitar jam sembilanan, setelah berbasa-basi bentar kami pun langsung masuk ke DOME.
Sebagai tambahan bahan informasi, aku pengen wawancara panitia yang ikut dalam happening art. Happening art adalah ajang promosi yang dilakukan panitia SMA 5 yang mendatangi beberapa SMA di malang lengkap dengan atribut ala masquerade-nya. Menurutku selain unik kegiatan ini juga dapat mendeskripsikan semangat dan kerja keras panitia. Makanya aku tertarik buat mencari informasi lebih jauh tentang Happening art ini. Di lantai dasar ini aku lihat panitia-nya pada sibuk banget. Aku takut ganggu kerjaan mereka kalau minta wawancara. Setelah celingukan ke kanan-kiri-atas aku lihat panitia yang di lantai tiga kok kayaknya lebih nyantai, maka tanpa pikir panjang aku pun ajak Dicky ke lantai tiga.
Masih pemanasan |
Saat di lantai tiga kami dihadang oleh panitia, “Maaf mas, disini VIP khusus para undangan, mas-nya siapa ya ?”tanya seorang cewek panitia bertopeng. “Ehm, saya Faris kontributor majalah Hai, mau meliput acara ini tadi saya udah ketemu dan interview dengan Mas Angga, tapi sekarang saya ingin wawancara dengan panitia yang lainnya boleh” jawabku dengan penuh percaya diri. “Oh, jadi mas-nya udah ketemu dengan Angga ? mari-mari mas, ga papa, silahkan masuk aja” ucap cewek ini ramah. ‘Hhm... baru jadi kontributor aja udah bisa masuk ke akses VIP, gimana kalau jadi jurnalis beneran ya ? khe...he...he... itulah enaknya jadi jurnalis’ kataku dalam hati. Aku pun berhasil mewawancarai Camalia, cewek kelas dua yang bertugas sebagai Sie dokumentasi. Wah, kebetulan nih karena hasil jepretanku jelek-jelek aku minta foto-fotonya dari panitia aja. Apalagi aku kan juga ga punya foto pas happening art. “Ehm, Lia boleh ga aku minta beberapa foto saat happening art dan acara ini dari temen-temen panitia ?”tanyaku. “Oh, bisa kok mas nanti saya kenalkan ke anak yang pegang foto. Biar mas bisa ngomong sendiri ke anaknya.” Jawab Camalia. “Ok, thanks ya” ucapku sambil tersenyum lebar, at least masalah foto udah bisa minta ke panitia, khe...he...he...
Dicky lumayan menikmati Snickers and the Chicken Fighter dari bangku VIP ini, saat tak ajak turun aja dia ga mau. “Kamu kalau mau turun, turun aja aku tunggu disini” ucap Dicky. Hhm... jelas aja dia ga mau turun, di bawah suasana udah crowded banget, aku juga jadi males. “Ehm, nggak deh ntar aja kalau Tipe-X tampil.” Kataku sambil duduk lagi. Untung Dicky jadi dateng, ga bisa dibayangin deh kalau dia ga dateng, bakalan garing N bete sendiri deh pastinya. Kami ngobrol banyak hal yang di dominasi tentang mimpi.
Tipe-X meet X-Friends Malang |
Sekitar jam sepuluhan Tipe-X mulai tampil. Di bawah penonton udah pada berdiri dan siap untuk berpogo ria, goyang ala musik ska. Suasana pun berubah jauh lebih rame dan meriah. Aku ninggalin Dicky sebentar untuk ngambil foto dari angle yang berbeda, tepat di depan panggung utama. Sayang aku ga berhasil juga menset camera untuk cahaya yang redup walhasil gambar jepretanku pun gelap melulu. Tipe-X sukses menghibur penonton dengan kurang lebih dua belas lagunya. Lagu yang akhir-akhir ini aku gandrungi juga dibawain yaitu, Saat-saat menyebalkan.
Pensi berakhir sekitar jam setengah dua belas. Sebelum meninggalkan DOME, aku nyari beberapa penonton untuk meminta komentar mereka tentang acara ini. Kelar dengan komentar penonton, aku dan Dicky langsung cari makan malam di depan DOME. Setelah makan malam kami mencari tempat buat bermalam pilihannya adalah antara warnet dan masjid UMM. Ternyata Dicky lebih memilih masjid UMM, kami pun langsung menuju masjid untuk bermalam. Kami tidur disebuah pojok dekat tangga. Tempat ini pe-we banget, kalau dari luar ga keliatan dan ada alas kaki yang lumayan besar buat kami tidur.
Tak berapa lama kami dibangunkan oleh seorang Bapak yang berbusana muslim lengkap, sepertinya dia udah siap untuk shalat. ‘Owh, udah subuh ya, cepet banget’ kataku dalam hati. Tapi saat aku lihat jam ternyata masih jam tiga !?! Kemudian beberapa mahasiwa dan mahasiswi UMM mulai memasuki masjid, lengkap dengan Almamater warna merahnya. Tahujud berjamaahkah sekarang ? ternyata benar, saat kami turun ke tempat wudhu terdapat anak-anak UMM yang lagi wudhu dan siap-siap buat shalat. Walaupun aku ngerasa ada pandangan aneh dan janggal saat mereka melihatku, aku sih cuek aja toh tujuanku kesini juga baik dan ga macem-macem. Kami naik ke lantai empat untuk shalat isya terus tidur lagi. Tak berapa lama adzan subuh pun berkumandang, kami bangun dan turun untuk wudhu lagi sebelum melaksanakan shalat subuh. Barulah setelah shalat kami meninggalkan masjid untuk pulang ke Purwosari. Dan bersiap-siap untuk nulis liputan cresta 14 ini, nunggu kiriman foto dari Qpho selanjutnya ngirim email ke Hai deh, i’m so exited...
Yeah begitulah ceritanya pengalaman pertamaku dalam meliput sebuah acara. Walaupun amatiran at least aku udah mencobanya dan dalam hal ini aku belajar banget banyak hal. Terutama kalau aku perlu banget buat belajar motret, dan mulai menabung buat beli kamera sendiri.
Komentar
Posting Komentar