Ketika mayoritas orang bergembira menyambut libur lebaran, ketika mayoritas orang mulai pulang ke kampung halaman, ketika mayoritas orang bersenda gurau dengan sanak kelurga. Mereka, 'Jurnalis Jalanan' memulai tugas besarnya.
Halooo…. Wah ternyata udah lama ya aku nggak nulis di blog ini. Kesibukan, adalah alasan aku jarang update nulis di blog. Sebenarnya banyak banget yang pengen aku tulis sekarang, mulai dari keseruan jalan-jalan ke MTD bersama Andrey dan Reiza, Suka duka ngerjain Program berita ‘The Expose News (TEN)’ Tugas Dasar-dasar Jurnalistik, Pengalaman menjadi kontributor majalah Hai, ketemu dengan sahabat-sahabat baru di ‘Sahabat 5cm’, tentang novel ‘2’ yang banyak quote-quote keren, sampai tentang program ‘Metamorphoself’ku yang berisi planning dan mimpi-mimpi baruku. Tak ketinggalan tentang Hari raya idul fitri 1432 H, yang terasa banget bedanya dibanding saat aku kecil dulu. Karena terlalu banyak yang ingin ku tulis, jadinya binggung sendiri mau nulis yang mana dulu, Nah daripada bingung sendiri and nggak jadi nulis-nulis, maka aku putusin buat nulis random aja, berdasarkan mood aja gitu.
Karena sekarang masih masa libur lebaran, makanya aku jadi mood buat nulis tentang Libur Lebaran. Bukan, bukan tentang libur lebaranku (karena emang aku nggak liburan kemana-mana -___-) tapi tentang ‘tugas besar’ Jurnalis saat menginjak masa libur lebaran. Seperti yang telah kita ketahui, menjelang Idul Fitri tradisi Masyarakat Indonesia adalah Mudik alias pulang kampung. Masyarakat urban dari berbabagi kota besar pulang ke kampung halaman masing-masing. Fenomena ini tentu membuat informasi perjalanan jadi sangat penting. Dan disinilah peran Jurnalis menjadi besar.
Biasanya, H-7 sampai dengan H+7 rekan-rekan Jurnalis dari berbagai TV swasta akan melakukan reportase dari berbagai tempat tentang perkembangan arus mudik dan arus balik lebaran. Mereka biasanya stand by di Jalur Pantura meliputi, daerah Nagrek/Indramayu/Bandung/Bogor (Jawa Barat), Yogya/Semarang/Solo (Jawa tengah), Surabaya/Madura/Sidoarjo (Jawa Timur) dan Banyuwangi. Ada juga yang di Jalur Selatan, Pelabuhan Merak (Banten), di Medan, Pekanbaru, Kalimantan dan beberapa daerah lainnya. Mungkin bagi sebagian orang reportase mereka tentang informasi mudik ini nggak ada artinya. Bahkan terkesan ‘ngganggu’ banget, hampir 3-4 jam sekali mereka nongol di layar kaca melaksanakan ‘kewajibannya’, belum lagi di program-program berita regular, mereka nongol lagi. Karena jujur saya, dulu aku pun juga nggak begitu suka dengan ‘tayangan’ ini. Namun bagi sebagian orang yang lainnya, kehadiran mereka sangat membantu untuk mengetahui situasi jalanan, jalur mana yang lancar dan jalur mana yang macet.
Tapi bagiku hal itu terasa berbeda dengan tahun ini. Yups, sejak mendapat pengetahuan dan pengalaman di bidang Jurnalistik tahun ini, aku jadi suka ngeliat reportase informasi mudik ini. Aku jadi penasaran dan ingin menjadi seperti mereka. Seru juga kali ya, kalau sesekali saat libur lebaran kita nggak kumpul dengan sanak keluarga karena sedang melaksanakan tugas. Dua program mudik yang sering aku lihat dan teliti adalah ‘Ayo Mudik 2011’ Trans7 dan ‘Holiday Travel 2011’ Metro TV. Nggak ada alasan khusus sih kenapa aku lebih suka ngeliat ke dua program itu, hanya saja aku ngerasa dua program itu bagus dan informatif jika dibandingkan dengan program-program stasiun TV yang lainnya.
Aku memperhatikan gimana cara mereka menyajikan berita, cara mereka berbicara, cara mereka pegang mike, Menilai-nilai sendiri isi berita yang mereka laporkan, ada yang Hardnews, Softnews dan yang pasti Features. Ngeliat gimana ekspresi para reporter saat on screen. Ngelihat semangat yang terpancar dari mata reporter itu dan mendengar pilihat kata dan kalimat yang keluar dari mulut mereka. Tak jarang beberapa butir keringat terlihat menetes dari kepala mereka, sungguh pekerjaan yang penuh tantangan dan menguras stamina. Bagi yang penasaran tentang ‘aksi’ reporter ini, aku sempat rekam reporter AmritsaMuhammad dan Andreas Trijaya dari Trans7, dalam program ‘Ayo Mudik 2011’ ada lagi Rory Asyari dan Robert Harianto dalam program ‘Holiday Travel 2011’ Metro TV.
Andreas Trijaya, Reporter 'AYO MUDIK 2011' Trans 7 |
Amritsa Muhammad, Reporter 'AYO MUDIK 2011' Trans 7 |
Reporter on screen itu, hanya sebagian kecil aja yang terlihat, dibaliknya masih ada cameramen, teknis, field producer dan crew-crew lain yang juga punya tanggung jawab penting dalam sukses tidaknya sebuah laporan langsung. Oleh karena itu, Jurnalistik bukan tugas perorangan. Ada sebuah team yang solid dan super dalam setiap reportase. Mereka, kerja bersama, bahu membahu, rela meninggalkan keluarga dan kerabat hanya untuk sebuah dedikasi terhadap pekerjaannya. Rela panas-panasan di jalan, ketika masih berpuasa rela buka puasa bersama di tempat seadanya, yang masih belum bisa aku bayangin adalah gimana perasaan mereka ketika mendengar Takbir mulai dikumandangkan ? Sedih dan merana mungkin iya, tapi dengan kebersamaan yang terjalin didalam crew mungkin mereka bisa menjadi satu keluarga baru. Yeah walaupun ada beberapa dari mereka bukan beragama Islam, namun tugas ini tentu bukan pekerjaan yang ringan pula. Beruntung, Aku sempat rekam moment behind the scene ‘Holiday Travel 2011’ tentang suka duka crew jurnalis.dari program 8-11 Show, Metro TV. Hal ini emang hanya dari Metro TV, tapi mungkin ini dapat menjadi gambaran umum tentang kerjaan ‘Jurnalis Jalanan’ di TV lainnya.
Rory Asyary, Reporter 'HOLIDAY TRAVEL 2011' Metro TV |
Robert Harianto, Reporter 'HOLIDAY TRAVEL 2011' Metro TV |
Melihat itu semua, aku jadi ingin seperti mereka. Mungkin, lebaran akan jauh lebih bermakna kalau kita jauh dari keluarga dekat kita dan berkarya agar bermanfaat dari orang lain. Karena aku ngerasa, lebaran tahun ini hanya sekedar seremonial belaka. Mempersiapkan lebaran dengan membeli baju baru, kue-kue lebaran, makan bersama keluarga, Ngeliat takbir keliling di jalan raya. Mengunjungi sanak keluarga, mudik ke luar kota yang udah menjadi tradisi sejak aku kecil. Entah mengapa, aku ngerasa kalau semua hal itu terasa tidak begitu special lagi. Mungkin karena udah menjadi kebiasaan puluhan tahun ya. Aku emang seneng berkumpul dengan keluarga besar, tapi rasanya ada sesuatu yang kurang. Sesuatu yang hilang. Yaitu esensi dari hari raya Idul Fitri itu sendiri.
Mungkin udah saatnya aku sesekali ‘keluar’ dari tradisi seperti itu. Atas dasar itulah aku pengen banget merasakan pengalaman menjadi 'Jurnalis Jalanan'. Jurnalis yang bertugas meliput arus mudik atau arus balik lebaran. Bahkan menurutku, Jurnalis belum bisa disebut sebagai 'Jurnalis' televisi kalau belum merasakan tugas liputan libur lebaran seperti ini khe…he…he… Bagiku, dedikasi mereka sungguh luar biasa. Rela bertugas keluar kota, meninggalkan kebersamaan keluarga demi sebuah kewajiban menyampaikan informasi. Hal seperti itulah yang terkadang ingin aku rasakan, agar aku bisa mengerti dan memahami makna dari hari raya Idul Fitri itu sendiri. Semoga, kalau sampai waktuku impian ini akan berubah menjadi nyata.
Itulah sedikit kesanku, sebagai pemirsa televisi (yang terobesei menjadi jurnalis :D) saat menonton program reportase arus mudik / libur lebaran. Tulisan ini aku buat atas dasar rasa penasaran dan apresiasi kepada rekan-rekan jurnalis yang bertugas melaporkan situasi arus mudik. Juga sebagai bentuk 'visualisasi' agar aku tetap ingat, yakin dan percaya dengan impian, harapan dan cita-citaku.
Tidak ada mimpi di alam sadar, impian selalu berada di alam bawah sadar kamu, dan ketika kamu mulai bergerak bersama alam bawah sadar kamu untuk impian kamu, ketika kamu mulai bernafas bersama impian kamu, melangkah bersama impian kamu, … kamu mulai menempatkan impian kamu di tempat yang seharusnya… di alam bawah sadar kamu. Dan bermimpi saja tidak akan pernah cukup… dan sebuah impian memang seharusnya tidak perlu terlalu banyak dibicarakan, tetapi di perjuangkan. Dhirgantoro, Donny. 2 hal 320.
Komentar
Posting Komentar