Langsung ke konten utama

Filosofi Kopi The Movie ; Brotherhood, Fatherless and A Cup of Coffee

FILOSOFI KOPI THE MOVIE
Temukan Dirimu Disini

Bukan untuk mereview Filosofi Kopi The Movie, tetapi hanya ingin bercerita tentang pengalaman saya ketika mendengar, menonton dan merasakan Filosofi Kopi The Movie.

Poster Filosofi Kopi

Filosofi Kopi The Movie rilis Kamis, 09 April 2015, tetapi karena banyaknya janji dan acara, saya baru bisa menyempatkan diri nonton pada hari Sabtu, 25 April 2015 kemarin, yeah lebih baik terlambat kan daripada nggak nonton sama sekali. Sesuai dengan tagline nya yang berbunyi ‘Temukan Dirimu Disini’, saya jadi merasa tertarik dan penasaran. Disaat pikiran lagi galau, gelisah dan gundah gulana mungkin nonton film ini bisa sedikit merefresh pikiran dan hati yah. Inilah saatnya ME TIME, dimana saya bisa memanjakan diri saya sendiri, berbicara dengan diri saya sendiri dan memahami diri saya sendiri.

Secara garis besar jalan ceritanya adalah, Tentang Ben (Chico Jericho) dan Jody (Rio Dewanto) yang bersahabat udah hampir 18 tahun. Sejak usia 12 tahun, Ben menjadi anak angkat ayah Jody. Saat masih anak – anak Ben sudah hobi banget meracik kopi. Sedangkan Jody, setelah lulus pendidikan dari luar negeri dia merintis kedai Filosofi Kopi di bekas toko kelontong Ayahnya. Jody investasi habis – habisan untuk kedai Filosofi Kopi sedangkan Ben yang menjadi barista dan mengurus bagian operasionalnya. Masalah mulai timbul saat Jody baru menyadari kalau almarhum Ayahnya meninggalkan hutang senilai 800 juta. Setiap bulan ia harus mencicil hutang ayahnya tersebut sementara pendapatan dari kedai Filosofi Kopi tidak stabil. Film ini berkisah tentang bagaimana Jody dan Ben berusaha untuk melunasi hutang 800 juta yang membawa mereka pada perjalanan untuk memenangkan ‘Golden Ticket’. Sebuah perjalanan yang membawa mereka pada perjalanan emosi, hati dan cinta. Perjalanan yang akan mempertemukan mereka dengan orang – orang baru yang menguji persahabatan dan membuat mereka berdamai dengan trauma masa lalu masing – masing.

BROTHERHOOD

Ada beberapa  film Indonesia yang bertema tentang persahabatan dunia cowok atau broterhood, dan entah mengapa saya sangat suka sekali film yang mengangkat tema ini, mungkin karena tidak terlalu banyak drama percintaan disana. Beberapa tahun yang lalu ada Mengejar Matahari, Catatan Akhir Sekolah, Punk In Love, Laskar Pelangi dan 5 cm. Dalam Filosofi Kopi The Movie terjalin hubungan brotherhood antara Jody dan Beni.

Jody merupakan tipikal kaum otak kiri, dimana yang ada dalam pikirannya adalah logika, rencana dan eksakta. Berbagai cara dilakukan Jody untuk berusaha membayar hutang ayahnya, mulai mencoba menggadaikan sertifikat kedai, rencana untuk menurunkan kualitas kopi sampai berencana untuk mengurangi karyawannya. Setiap hari dia selalu mencoba berfikir logis bagaimana caranya agar dia bisa segera bisa melunasi hutang tersebut.

SACRIFICE, Harus ada yang dikorbanin, Ben – Jody

Sementara Ben mempunyai sifat yang sangat berbeda 180 derajat dibanding Jody. Ben tipikal orang otak kanan yang santai dalam menjalani hidup, spontan, melankolis, out of the box dan suka bermain dengan kata – kata. Walaupun terkesan cuek dengan permasalahan hutang ayah Jody, tetapi dia juga berusaha untuk memikirkannya.

Gue nggak pernah bercanda soal KOPI – Ben.

Jody berasumsi kalau kedai buka di jam makan siang dan memasang wi – fi bisa menaikkan omzet dua kali lipat, sementara Ben menolak mentah – mentah asumsi tersebut. Menurut Ben di eropa coffee shop selalu tutup saat jam makan siang karena orang – orang jarang memilih minum kopi di jam tersebut. Dan wi – fi tidak perlu dipasang di Filosofi Kopi karena wi – fi akan membuat orang kurang bersosialisasi satu sama lain.

Walaupun sifat dan kepribadian mereka bertolak belakang, tetapi mereka tetap saling memahami dan saling melengkapi satu sama lain. Ketika Jody sedang panik dan kacau karena pusing memikirkan bagaimana cara membayar hutang, Ben hadir dengan secangkir kopi untuk menenangkan Jody. Begitu pula ketika Beni saat galau setelah dari kebun kopi Pak Seno Jody memahami betul perubahan sikap Beni tersebut. Mengutip kata Aristoteles Friendship is one soul in two body. Jody adalah otak dan Ben adalah hati. Jody tak bisa berdiri sendiri menjalankan Filosofi Kopi tanpa Ben, dan Beni tidak bisa memuaskan passion-nya tentang kopi tanpa difasilitasi Jody. Jody mungkin cakap dalam urusan kalkulasi, tapi tanpa Beni Filosofi Kopi tidak bisa berjalan. Karena yang dibutuhkan dalam membuat kopi bukan hanya kepala, tapi juga hati.

Gambar diambil disini

Brotherhood menurut saya bukan sekedar persahabatan semata. Tetapi persahabatan yang sangat dekat dan dalam. Dimana kita sudah saling memahami sifat dan kepribadian masing – masing, mulai dari yang baik sampai yang terjelek sekalipun. Mengerti bila terjadi perubahan sekecil apapun walaupun tak sempat terucap dengan kata – kata. Tak mudah emang untuk bersahabat dekat dengan sesama cowok, karena Ego dan gengsi cowok itu gede banget. Berbeda dengan kaum hawa yang lebih sering memakai hati dan perasaan, sehingga mudah untuk mempunyai sahabat dekat. Kaum adam lebih memakai logika, sehingga agak sulit untuk memahami perasaan orang lain. Dalam brotherhood dibutuhkan keberanian untuk menanggalkan ke-AKU-anku dan mempertajam rasa empati satu sama lain. Tak hanya selalu memikirkan tentang diri kita sendiri tetapi juga memikirkan dan merasakan dari perspektif sahabat kita. Seperti yang dilakukan oleh Jody. Mungkin akan sangat mudah baginya untuk membayar hutang 800 juta tersebut, tinggal menjual tokonya untuk membayar hutang dan dia bekerja menjadi professional di suatu perusahaan masalah selesai. Tetapi hal itu tidak dia lakukan, kenapa ? karena dia memikirkan Ben juga. Apa jadinya Ben tanpa Filosofi Kopi.

Oleh karena itu beruntunglah kalian apabila mempunyai hubungan brotherhood yang bisa memahami dan mengerti diri kalian apa adanya. Mungkin karena saya orangnya sedikit introvert, sehingga sampai saat ini saya belum pernah merasakan brotherhood. Ada sih sahabat cowok, tetapi masih sebatas persahabatan biasa tidak sedekat dan sedalam Jody dan Ben. Semoga suatu saat saya bisa menemukan sahabat yang tidak sekedar menjadi sahabat tetapi bisa menjadi brotherhood. Seseorang yang bisa mengerti dan memahami saya apa adanya. Seseorang yang membawakan secangkir kopi untuk menerima kekurangan dan kelabilan saya. Seseorang yang siap mendorong saya untuk bangkit ketika terjatuh agar terus berlari sampai pada puncak tertinggi. Seseorang yang membawa buku untuk membuat saya bisa berdamai dengan masa lalu saya. 

FATHERLESS

Pada bagian awal film ada adegan dimana Ben berdiri di beranda kontrakannya. Dia melihat ke beranda lantai atas tetangganya ada seorang laki – laki yang mengendong anaknya sambil bermain kembang api. Ben tersenyum getir. Sejak umur 12 tahun Ben sudah diangkat anak oleh ayah Jody. Hal itu terjadi karena sebelumnya ada sebuah peristiwa yang membuat Ben kabur dari ayah kandungnya.
Sementara Jody tumbuh menjadi anak yang stay on the rules, selalu berpikiran linier karena didikan dari ayahnya. Apabila ayahnya bilang A ya harus A, hal inilah yang kadang tidak bisa dipahami oleh Jody. Semenjak ayahnya meninggal dunia, dia belum pernah mengunjungi makamnya. Toko kelontong yang kini dia sulap menjadi kedai Filosofi Kopi itulah satu – satunya peninggalan ayahnya yang masih dia rawat.
Perjalanan Jody dan Ben untuk memenangkan ‘Golden Ticket’ membawa mereka bertemu seorang perempuan bernama El / Elaine Deschamps (Julie Estelle). El merupakan seorang Q Grader yang telah mempunyai sertifikat internasional, dan saat itu dia sedang melakukan riset untuk menulis buku tentang kopi. El adalah blasteran Indonesia – Perancis. Ayahnya seorang penulis Kopi yang telah berkeliling dunia. Setelah lulus SMP dia melanjutkan studinya ke Perancis. El, juga mempunyai hubungan yang sedikit bermasalah dengan ayahnya. Kesibukan ayahnya tersebut membuat El, kurang memahami apa yang ada dipikiran ayahnya. Tetapi sebelum ayahnya meninggal karena kecelakaan di Peru, dia berkata bahwa suatu saat El pasti akan mengerti.
Kehadiran El ditengah – tengah Jody dan Ben ini sempat membuat brotherhood mereka sedikit memanas. Ben yang terobesesi menjadi barista terbaik di Jakarta bahkan di Indonesia merasa tak terima karena upaya dan kerja kerasnya dalam membuat kopi terbaiknya ‘Perfecto’ hanya dinilai ‘Not bad’ oleh El. Menurut El, Perfecto bukanlah kopi terbaik yang pernah dia minum. Kopi terbaik yang pernah dia minum adalah Kopi Tiwus yang ada di daerah Ijen, Banyuwangi. Merasa terancam gagal memenangkan ‘Golden Ticket’, Jody pun membujuk sekaligus sedikit memaksa Ben ikut ke Banyuwangi mencoba kopi tiwus.

Gambar diambil disini

Dalam perjalanan ke Banyuwangi ini terlihat sekali kalau Jody yang lebih ramah dan tertarik ke El. Sedangkan Ben yang dari awal kurang suka dan tak terima dengan kehadiran El, bersikap sangat cuek cenderung menyebalkan. Adegan obrolan di warung makan terlihat sangat yang sangat lucu dan kena banget untuk mendeskripsikan perasaan mereka bertiga saat itu. Sesampainya di Banyuwangi, Ben penasaran banget dengan rahasia kenikmatan kopi tiwus buatan Pak Seno. Dia bahkan sampai ngotot untuk melihat sampai di kebun kopinya. Walaupun ada trauma masa lalu dengan kebun kopi, tetapi Beni berusaha untuk melawan itu semua demi mengetahui rahasia dibalik kopi tiwus. Melihat Pak Seno dan Istrinya menjelaskan perawatan kebun kopi, Ben terlempar ke masa lalunya. Dan sepulang dari kebun kopi Pak Seno . Akhirnya mereka bisa berdamai dengan masa lalu masing – masing.

Ini bukan soal ilmu atau pengalaman, Ben. Kamu bikin kopi pakai obsesi, sementara Pak Seno pakai cinta. Itu bedanya kalian berdua – El.

Ben, Jody dan El mempunyai masalah dalam hubungan dengan ayahnya masing – masing, Fatherless. Mereka mempunyai trauma masa lalu yang membuat mereka tidak mengerti dengan sikap dan pikiran ayah mereka. Setiap ayah mempunyai cara sendiri dalam mendidik dan membesarkan anaknya. Dan terkadang cara – cara tersebut yang tidak bisa dipahami oleh sang anak sehingga membuat hubungan ayah dan anak menjadi berjarak.

Fatherless adalah Keadaan di mana ayah ada secara fisik, tapi secara psikologis kehadiran ayah tidak ada di dalam jiwa anak. Saya juga mempunyai ‘jarak’ dengan ayah saya. Walaupun tidak dibesarkan dalam keluarga yang broken home entah kenapa saya merasa Fatherless. Saya jarang berkomunikasi langsung dengan Ayah saya, sampai saat ini. Sejak kecil saya lebih akrab dan nyaman dengan Ibu dibanding dengan Ayah. Ada yang bilang kalau Ayah adalah pahlawan pertama untuk anak laki – lakinya dan pacar pertama untuk anak perempuannya. Tetapi saya tidak bisa belum merasakan hal itu. Kalau melihat ada seorang Ayah yang sedang bermain dengan anak cowoknya, saya merasa kok saya dulu nggak bisa merasakan seperti itu yah. Saat shalat Jumat melihat Ayah datang mengajak anak balitanya ke masjid, saya dulu kok nggak diajak ke masjid yah.

Satu hal yang saya sadari, Ayah saya emang orangnya pendiam. Males ribet. Tetapi perhatiannya pada saya selalu dilakukan tanpa kata – kata. Beliau selalu membersihkan motor saya ketika saya pulang ke rumah. Selalu memeriksa onderdil, oli dan air radiator. Selalu rajin membawa motor saya untuk service di bengkel. Setiap ayah mempunyai cara sendiri dalam mendidik dan membesarkan anaknya.


A CUP OF COFFEE

Gambar diambil disini

Kopi adalah benang merah yang menghubungkan antar karakter. Boleh dibilang Kopi merupakan ‘Rockstar’nya di film ini. Ben merasa sangat sakit hati karena ‘Perfecto’ buah kerja kerasnya dalam meracik kopi terbaik dari biji kopi pilihan yang harganya sangat mahal hanya dinilai ‘Not Bad’ oleh El. Bahkan dia berani menurunkan egonya dan melawan trauma masa lalunya hanya untuk mencoba Kopi Tiwus yang menurut El adalah kopi terbaik yang pernah dia minum. Rahasia dari kelezatan kopi tiwus Pak Seno adalah karena beliau dan istrinya merawat pohon – pohon kopi dengan telaten dan penuh cinta. Mereka merawatnya seperti anaknya sendiri.

Bahwa kami bukan orang tua yang sempurna. Kami mau minta maaf sama Tiwus - Pak Seno

Melalui karakter Pak Seno ini, pertanyaan tentang kedekatan seorang anak dan ayah akan sedikit tercerahkan. Dimana hal ini membuat Ben, Jody dan El bisa berdamai dengan ayah mereka masing – masing sehingga membuat akhir perjalanan dari film ini juga anti mainstream. 

Secara keseluruhan film ini emang bagus banget. Deskripsi karakternya detail sekali, mulai dari dialognya, gaya penampilannya, aksesories yang dikenakan dan akting dari para pemainnya juga natural sekali. Dialognya yang ringan dan konyol namun tetap mengandung kutipan – kutipan yang menarik. Setting lokasinya pun juga dibuat detail sekali. Saat adegan berada di Kedai Filosofi Kopi kita seperti merasakan kehangatan kedai itu, mencium aroma kopi dan suara khas dari mesin – mesin kopi. Sedangkan saat Ben, Jody dan El tiba di kebun Pak Seno, hamparan kebun nan hijau membuat mata menjadi segar kembali.

Gambar diambil disini

Pokoknya PUAS BANGET, itulah perasaan saya ketika keluar dari bioskop setelah selesai menonton film ini. Kalau kamu ragu untuk menonton film ini karena bukan pecinta kopi, jangan takut karena film ini tidak hanya membahas tentang kopi kok, tapi lebih bercerita tentang persahabatan, keluarga dan gairah. Tapi kalau kamu pecinta kopi pasti nggak akan berpikir dua kali kan untuk menonton film ini. Dan... tidak berlebihan memang kalau film ini berani bilang 'Temukan Dirimu Disini' karena seperti Ben, Jody dan El saya merasa lebih baik untuk berdamai dengan masa lalu saya dan menjalankan kehidupan saya tidak hanya pakai KEPALA tapi juga pakai HATI.

Walau Tak Ada Yang Sempurna, Hidup Ini Indah Begini Adanya. - Kopi Tiwus -

Jadi, apa kopimu hari ini ?



Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

RIZKY MAHODENK, FROM ZERO TO HERO

Rizky Aditya Putra, pemuda 21 tahun asal Kalimantan Tengah sukses berwirausaha di bidang indie clothing dengan brand Mahodenk Hero. Berawal dari keprihatinannya karena generasi muda saat ini banyak mengidolakan super hero asing. Mahodenk Hero beraksi dengan design-design super hero asli Indonesia, agar para jagoan lokal bisa dikenal dan eksis lagi. Dari modal awal yang berasal dari tabungannya sendiri, kini ia bisa meraih omzet sekitar 20 – 50 juta rupiah perbulan. Dialah Rizky Aditya Putra atau biasa di panggil dengan Rizky Mahodenk ini mengawali bisnisnya saat ia baru masuk kuliah di Jurusan menejemen Fakultas ekonomi, Universitas Brawijaya Malang. Sebelumnya ia mencoba bisnis berjualan bunga. Ia membeli bunga di Malang kemudian menjualnya ke kampung halamannya di Kalimantan Tengah. Tapi bisnis ini tidak begitu sukses. Kemudian ia terpilih sebagai Ketua pelaksana inaugurasi FE UNIBRAW 2008, “Di acara itu saya ingat sekali acaranya minus belasan juta, dikarenakan banyaknya pengeluara

JURNALISTIK JALANAN, Tugas Besar Para Jurnalis

Ketika mayoritas orang bergembira menyambut libur lebaran, ketika mayoritas orang mulai pulang ke kampung halaman, ketika mayoritas orang bersenda gurau dengan sanak kelurga. Mereka, 'Jurnalis Jalanan' memulai tugas besarnya. Halooo…. Wah ternyata udah lama ya aku nggak nulis di blog ini. Kesibukan, adalah alasan aku jarang update nulis di blog. Sebenarnya banyak banget yang pengen aku tulis sekarang, mulai dari keseruan jalan-jalan ke MTD bersama Andrey dan Reiza, Suka duka ngerjain Program berita ‘The Expose News (TEN)’ Tugas Dasar-dasar Jurnalistik, Pengalaman menjadi kontributor majalah Hai, ketemu dengan sahabat-sahabat baru di ‘Sahabat 5cm’, tentang novel ‘2’ yang banyak quote-quote keren,  sampai tentang program ‘Metamorphoself’ku yang berisi planning dan mimpi-mimpi baruku. Tak ketinggalan tentang Hari raya idul fitri 1432 H, yang terasa banget bedanya dibanding saat aku kecil dulu. Karena terlalu banyak yang ingin ku tulis, jadinya binggung sendiri mau nulis yang man

Sekilas Profil Finalis Cak & Yuk Kab.Pasuruan 2012

Setelah melalui proses seleksi yang panjang, akhirnya terpilihlah 10 Pasang Finalis Cak dan Yuk Kabupaten Pasuruan 2012. Untuk mengenal lebih jauh tentang ke sepuluh pasang tersebut, berikut adalah sekilas tentang profil mereka. (versi Faris Diggory) 1. Cak Sony Nama lengkapnya adalah Sony Manggala Putra. Merupakan satu-satunya Cak wakil dari Kecamatan Prigen. Cak yang memiliki tinggi badan 179 cm ini, kuliah di Universitas Brawijaya Malang jurusan Ilmu Administrasi Negara. Cak kelahiran 17 September 1990 ini, mengidolakan sosok Ir.Soekarno dengan kutipan favoritnya ‘Kita adalah Bangsa yang besar. Jangan Jiplak budaya lain’. Sifatnya yang ramah, smart dan dewasa (salah satu angkatan tua, khe..he..he..) membuat finalis yang lain menjulukinya sebagai ‘Oom’. Kini hari-hari Cak yang suka dengan warna hitam dan hobby berolahraga ini disibukan dengan urusan Skripsi. Semangat Cak Sony... !!! Buntuti Cak Sony di @ Sony_By 2. Yuk Hanum Altina Hanum Primadhani, merupakan