Langsung ke konten utama

Nasib Seorang Fakir Kamera

Merana itu adalah ketika kamu mau liputan, tapi terpaksa gagal gara-gara nggak punya kamera. Yeah itulah yang kemarin aku rasakan saat gagal meliput pensi SMAN 3 Malang PSCS 2011 yang digelar di DOME UMM. Cerita awalnya gini, sekitar 3 minggu yang lalu aku tahu informasi PSCS 2011 dari @infomalang. Setelah lihat di blog n Tumblr mereka, kayaknya PSCS ini lumayan besar, secara bintang tamunya adalah Netral, Brigade 07 dan Piratez, 3 bintang tamu ini jarang aku lihat tampil di pensi-pensi sebelumnya. Promosi mereka juga gencar banget mulai dari promosi online, sampai menyebar poster2 se-kota Malang apalagi mereka juga didukung oleh deretan sponsor ternama membuatku berfikir kalau PSCS ini emang sesuatu banget.


Nah dari situ aku mulai bergerak. Berceloteh ke Mas Mate (Hai) kalo aku mau meliput PSCS, kata dia …. Kemudian aku mulai menghubungi panitia PSCS untuk konfirmasi peliputan, akhirnya setelah mendapat izin aku disuruh ngirim email foto ama biodata, wow.. tumben nih pake di data segala biasanya langsung masuk aja, pensi ini emang rapi banget keliatannya. Setelah ngecek jadwal, kebetulan sabtu (15/10) kuliahku libur karena ada wisuda, siip pulang kerja bisa langsung cabut ke Malang nih :) apalagi Dicky, sahabat yang sering menemaniku ke Pensi, kali ini bersedia ikut juga. Oke, Izin udah dapet, waktu udah dapet, temen udah dapet tinggal… last but not least apalagi kalau bukan kamera.


Tiap kali ngeliput kendala utama yang sering aku hadepin adalah masalah kamera. Karena sampai sekarang aku emang belum punya kamera, mau beli tapi tabungan masih belum cukup khe…he…he… Tapi aku selalu berusaha nggak boleh menyerah dengan keadaan. ‘Kekurangan’ ini harus membuatku jadi lebih kreatif dan berusaha lebih giat lagi. Maka untuk mengatasinya aku selalu pinjem kamera dari temen yang satu ke temen yang lain. Dan Alhamdulillah kalau ada kemauan pasti ada jalan, terbukti tiap mau ngeliput ada aja temen yang mau minjemin aku kameranya. Oleh karena itu saat mau ngeliput PSCS, aku positive thinking aja, pasti dapat kamera…pasti dapet kamera…pasti dapet kamera…



Pertama, aku pinjem kamera salah satu temen kantor. Tapi ternyata kamera dia dipenjem temannya ke luar kota. Orang pertama gagal. Kedua, aku pinjem teman kampus beda fakultas, ternyata pas hari sabtu kameranya lagi dia pake. Orang kedua gagal. Ketiga, pinjem kamera teman sekelas. Katanya bisa, tapi aku pinjemnya ga bisa hari Jumat cos sabtu pagi masih dipake, kalau mau pinjem ya sabtu siang. Nah bagaimana aku bisa ngambil kamera ke Sidoarjo kalau sabtu paginya aku kerja terus siang-nya aku harus meluncur ke Malang ? Orang ketiga gagal. Keempat, sms temen beda fakultas juga. Ternyata dia juga nggak punya kamera, tapi pinjem ke temennya. Dia mau nolongin aku minjemin tapi masih nggak enak ama yg punya cos beberapa hari yg lalu dia udah pinjem. Masa baru dikembaliin udah mau pinjem lagi ? Orang keempat gagal. Kelima, sms temen dikampung yang punya kamera tapi ternyata salah sambung. Padahal udah hari kamis aja N waktuku buat pulang ke rumah juga mepet. Akhirnya harus rela, orang kelima Gagal. Keenam pinjem kamera sodara temen sekelas. Pada awalnya sodaranya itu bersedia pinjemin karena kamera pocket dia udah nggak dipake cos dia udah beli kamera DSLR. Akhirnya… lega juga dapet pinjeman dari sodara temen sekelas ini. Tapi ternyata pas hari Jumat menjelang detik-detik terakhir sodaranya bilang kalau kamerannya nggak ada. Yeah itu hak dia juga sih, secara dia yang punya kamera mau minjemin apa ga. Dan harus ikhlas, orang ke enam gagal, dengan kamera pocket yang tergeletak tak berguna di meja sodara temen sekelas, siapa yang tahu ? Yang ke Tujuh agak lumayan ekstrim yaitu pinjem kamera kantor. Kenapa aku bilang ekstrim ? karena aku udah lama nggak pinjem kamera kantor dan dulu sempet janji kalau nggak bakalan pinjem lagi, karena kamera kantor nggak boleh dipinjemin untuk keperluan pribadi. Setelah aku minta bantuan ke temen kantor yang lain, ternyata dia nggak bisa takutnya bakalan ribet ama orang-orang kantor yang lain. Yang ke tujuh juga gagal, dengan kamera tergeletak di kantor. Sabtu siang, saat udah mepet-mepetnya aku Sms Dicky, kali aja ada temennya yang bawa kamera, secara saat itu dia lagi di Jatim Park. Ternyata temennya ada kamera tapi itu milik TK tempat dia ngajar, tapi nggak boleh dipinjemin. Dipastikan yang ke delapan gagal.

Huuaaahh… ada apa ini, kenapa berasa semua pintu tertutup gini ? aku udah berusaha, udah berpikir postif, udah berdoa tapi semuanya gagal :( sempet terfikir untuk foto ketua panitia aku pake kamera HP aja, sedangkan buat foto acara aku minta ke panitia sie dokumentasi, tapi agak nggak enak juga. Secara manejemen PSCS ini juga rapi banget gitu ? Jadi gimana dong ini… Hhhm, akhirnya dengan ikhlas, sabar dan rela aku nggak jadi ngeliput PSCS 2011, hanya karena aku nggak ada kamera. Yeah inilah aku, nasib seorang fakir kamera, ironis kah ?


Kenapa aku ingin banget ngeliput PSCS ? yeah karena aku kontributor dan aku bisa praktek langsung menjadi reporter, apalagi aku udah konfirmasi ke Mas Mate ama Panitia PSCS-nya, masa tiba-tiba aku nggak jadi ngeliput ? nggak enak kan. Selain itu karena di Hai, penulisan Pensi berbeda dengan majalah-majalah lainnya. Kalau media kebanyakan, menulis Pensi tentang detail acaranya, bintang tamunya siapa, gimana kemeriahannya. Tapi kalau di Hai aku diajarin untuk mengorek lebih dalam tentang pensi tersebut. Jadi yang kita tulis bukan saat kemeriahan pensi itu berlangsung, tapi lebih ke ‘dibalik layar’ pensi itu sendiri. Gimana proses persiapannya ? masalah apa yang dihadepin ? Gimana cara promosinya ? dll dan tiap kali aku wawancara ke panitia pensi yang masih SMA itu, aku jadi tahu tentang semangat mereka. Gila ya, masih SMA mereka bisa membuat event sebesar ini. Aku dulu saat SMK ngapaian aja ? itulah hal-hal yang aku suka dan aku rinduin saat ngeliput Pensi.


Ngelihat panitia pensi yang masih muda-muda itu mengatur acara, mondar-mondar dengan handy talkie di tangannya, ngelihat para penonton yang berjubel, ngelihat AGAMA (anak gaul malang :)) dengan segala dandanan dan tampilan mereka. Ngelihat Pensi gratisan (of the record :p) Tuntutan dari Hai untuk mengorek informasi ke panitia tentang dibalik layar pensi tersebut, membuatku untuk selalu belajar berfikir kritis dan berbeda. Hal-hal seperti itulah yang aku dapet ketika aku ngeliput sebuah Pensi. Gagal ngeliput PSCS ini aku beneran sedih dan kecewa banget karena nggak bisa dapet berita, pengetahuan dan pengalaman yang baru lagi :(



Lantas apa hikmah dari kejadian ini ? Mungkin aku nggak boleh terus-terusan menggantungkan kamera dari orang lain. Udah saatnya aku harus punya kamera sendiri. Harus serius nabung buat beli kamera, mau itu kamera pocket atau kamera DSLR. Nggak boleh menimbang-nimbang kamera ini Keinginan ? apa Kebutuhan ? nah kalo kasusnya seperti sekarang ini, masih KEINGINAN apa KEBUTUHAN ? -___-“ Hikmah lainnya adalah aku bisa ketemuan ama sahabat 5 cm area Malang, khe…he..he.. bisa ketemu ama Faris yang lagi liburan ke Malang (kok pas namanya ya sama), Mbak Frida, Solihah, Rere ama Mey. Lumayan petemuan dengan mereka membuatku terhibur karena nggak jadi meliput. Awalnya kami lihat Festival 1000 Kededes di depan Tugu Malang, setelah itu dilanjutkan jalan ke warung warna-warni buat makan ‘senja’ sekaligus saling mengenal satu sama lain. Namun saat memasuki WW, lagi-lagi aku ngelihat lagi poster PSCS yang ditempel di dinding pas disebelah meja kami makan.. Owh… saat itu masih jam 5-an ingin rasanya aku meluncur ke DOME UMM, aku ingin ngeliput PSCS, tapi apa daya nggak ada kamera. Yeah inilah sedikit cerita nasib seorang fakir kamera.. Semoga kedepannya aku nggak ngalamin lagi kejadian kaya gini, Amien...

Maybe your reason why all the doors are closed
So you could open one that leads you to the perfect road
Like a lightning bolt, your heart will blow
And when it's time, you'll know

-Firework, Katy Perry-
 
picture by Tumblr SMAN 3 Malang


 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

RIZKY MAHODENK, FROM ZERO TO HERO

Rizky Aditya Putra, pemuda 21 tahun asal Kalimantan Tengah sukses berwirausaha di bidang indie clothing dengan brand Mahodenk Hero. Berawal dari keprihatinannya karena generasi muda saat ini banyak mengidolakan super hero asing. Mahodenk Hero beraksi dengan design-design super hero asli Indonesia, agar para jagoan lokal bisa dikenal dan eksis lagi. Dari modal awal yang berasal dari tabungannya sendiri, kini ia bisa meraih omzet sekitar 20 – 50 juta rupiah perbulan. Dialah Rizky Aditya Putra atau biasa di panggil dengan Rizky Mahodenk ini mengawali bisnisnya saat ia baru masuk kuliah di Jurusan menejemen Fakultas ekonomi, Universitas Brawijaya Malang. Sebelumnya ia mencoba bisnis berjualan bunga. Ia membeli bunga di Malang kemudian menjualnya ke kampung halamannya di Kalimantan Tengah. Tapi bisnis ini tidak begitu sukses. Kemudian ia terpilih sebagai Ketua pelaksana inaugurasi FE UNIBRAW 2008, “Di acara itu saya ingat sekali acaranya minus belasan juta, dikarenakan banyaknya pengeluara

JURNALISTIK JALANAN, Tugas Besar Para Jurnalis

Ketika mayoritas orang bergembira menyambut libur lebaran, ketika mayoritas orang mulai pulang ke kampung halaman, ketika mayoritas orang bersenda gurau dengan sanak kelurga. Mereka, 'Jurnalis Jalanan' memulai tugas besarnya. Halooo…. Wah ternyata udah lama ya aku nggak nulis di blog ini. Kesibukan, adalah alasan aku jarang update nulis di blog. Sebenarnya banyak banget yang pengen aku tulis sekarang, mulai dari keseruan jalan-jalan ke MTD bersama Andrey dan Reiza, Suka duka ngerjain Program berita ‘The Expose News (TEN)’ Tugas Dasar-dasar Jurnalistik, Pengalaman menjadi kontributor majalah Hai, ketemu dengan sahabat-sahabat baru di ‘Sahabat 5cm’, tentang novel ‘2’ yang banyak quote-quote keren,  sampai tentang program ‘Metamorphoself’ku yang berisi planning dan mimpi-mimpi baruku. Tak ketinggalan tentang Hari raya idul fitri 1432 H, yang terasa banget bedanya dibanding saat aku kecil dulu. Karena terlalu banyak yang ingin ku tulis, jadinya binggung sendiri mau nulis yang man

Sekilas Profil Finalis Cak & Yuk Kab.Pasuruan 2012

Setelah melalui proses seleksi yang panjang, akhirnya terpilihlah 10 Pasang Finalis Cak dan Yuk Kabupaten Pasuruan 2012. Untuk mengenal lebih jauh tentang ke sepuluh pasang tersebut, berikut adalah sekilas tentang profil mereka. (versi Faris Diggory) 1. Cak Sony Nama lengkapnya adalah Sony Manggala Putra. Merupakan satu-satunya Cak wakil dari Kecamatan Prigen. Cak yang memiliki tinggi badan 179 cm ini, kuliah di Universitas Brawijaya Malang jurusan Ilmu Administrasi Negara. Cak kelahiran 17 September 1990 ini, mengidolakan sosok Ir.Soekarno dengan kutipan favoritnya ‘Kita adalah Bangsa yang besar. Jangan Jiplak budaya lain’. Sifatnya yang ramah, smart dan dewasa (salah satu angkatan tua, khe..he..he..) membuat finalis yang lain menjulukinya sebagai ‘Oom’. Kini hari-hari Cak yang suka dengan warna hitam dan hobby berolahraga ini disibukan dengan urusan Skripsi. Semangat Cak Sony... !!! Buntuti Cak Sony di @ Sony_By 2. Yuk Hanum Altina Hanum Primadhani, merupakan